Let Me Tell You About... Travel Journalist (?)

​“If you follow your passion, you’ll never work a day in your life.” –Tony Bennett


Bukannya bangga jadi jurnalis travel. Bukannya bangga bisa jalan-jalan gratis. Bukannya bangga bisa unggah foto liburan di media sosial. Bukannya bangga ketika ada yang bilang:

"Kok jalan-jalan terus sih?"

"Jalan-jalan mulu, asyik banget!"

"Kerjanya asyik banget deh, jalan-jalan terus."

“Ih, pengen deh kerja kayak gitu, bisa jalan-jalan gratis.”

Entah sudah berapa kali saya mendapat pertanyaan dan pernyataan semacam itu. Entah dilontarkan secara langsung ataupun melalui media sosial. Mungkin orang lain bermimpi punya pekerjaan semacam; jalan-jalan gratis dengan kewajiban 'hanya' menulis sejumlah artikel mengenai perjalanan yang telah dilakukan. Pekerjaan impian, bukan?

Namun jauh di dalam sana, pekerjaan tidak semudah itu, tidak sebatas itu. Pekerjaan menuntut untuk mengetahui isu-isu terkini mengenai traveling, destinasi, kuliner, akomodasi, hingga informasi penerbangan. Eh ralat, pekerjaan menuntut untuk bisa menaikkan jumlah pembaca dengan tulisan apapun, tanpa mengutamakan keakuratan data ataupun kualitas tulisan.

Senang? Tidak. Tertarik? Sudah tidak lagi. Bangga? Tidak pernah. Malu? Sangat.

Kenapa malu? Malu kalau tidak memberikan informasi yang bermanfaat. Malu kalau tidak melaporkan kabar yang berguna. Malu kalau tidak menuliskan artikel yang menginspirasi banyak orang. Malu kalau tidak menyebarkan hal yang berarti.

Satu hal yang masih jadi pertanyaan besar dalam hati; kalau sebuah tulisan tidak memberikan manfaat bagi pembacanya, lalu untuk apa tulisan tersebut dibuat?

Mungkin hanya untuk sebatas pencapaian kuantitas. Oh, saya paham.

Comments

Popular Posts