Mengejar Matahari Terbit di Bromo

Pukul 3 dini hari, pintu kamar sudah diketuk-ketuk. Tandanya sudah saatnya kami bangun dan bersiap untuk mengejar matahari terbit. Mengapa harus sepagi itu? Tentu siapapun tak ingin kehilangan momen matahari terbit kan?


"Bangun jam 3 pagi, jam setengah 4 berangkat," kata Pak Panjul malam hari sebelum meninggalkan homestay tempat kami menginap. Pak Panjul merupakan driver jeep sekaligus tour guide kami untuk esok hari, satu dari sekian banyak driver jeep di Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.

Udara dingin Bromo sejujurnya membuat malas beranjak dari hangatnya selimut, tapi bayang-bayang Gunung Bromo dengan latar matahari terbit menggoyahkan kemalasan  untuk bangun.

***

Padat. Sama sekali tak ada tempat untuk melihat matahari terbit. Seluruh tepian pagar sudah dipadati wisatawan. Penanjakan 1 pagi itu benar-benar penuh meskipun tak bertepatan dengan libur akhir pekan. Penanjakan 1 merupakan salah satu titik untuk menyaksikan matahari terbit. Dari titik inilah Gunung Bromo, Gunung Batok, dan Puncak Mahameru terlihat bersamaan terbitnya matahari di sisi timur.


Sedikit demi sedikit cahaya matahari mulai nampak. Udara dingin yang menusuk tulang meluruh bersama munculnya matahari. Kami bersiap dengan tangan berisi alat dokumentasi dan mata yang sergap tak ingin ketinggalan momen.

Pagi itu, saya menyaksikan secara langsung pemandangan yang selama ini hanya bisa saya lihat dari layar komputer.

***

Matahari mulai meninggi, Pak Panjul mengajak kami menuju parkiran jeep. "Nanti kawah Bromo keburu panas," kurang lebih begitu kata Pak Panjul sambil menyalakan mesin jeep. Ya, semakin siang tentu cuaca semakin panas. Dan tentu kurang nyaman berada di kawah Bromo dalam cuaca yang panas.

Sebelum menuju kawah Bromo, Pak Panjul mengajak kami ke Bukit Telletubbies atau disebut Lembah Jemplang oleh penduduk setempat. Bukit Telletubbies, seperti namanya, tempat ini merupakan padang sabana yang tampak berbukit-bukit, mirip dengan tempat tinggal tokoh serial anak, Telletubbies.

Di spot tersebut Pak Panjul memandu kami untuk berfoto. Dengan lihainya Pak Panjul mengarahkan jeep tepat di muka sebuah bukit. Oh, saya paham, rupanya Pak Panjul ingin menjadikan bukit itu sebagai latar belakang. Dalam hati saya mengamini ide Pak Panjul.


Puas berfoto, Pak Panjul mengajak kami ke kaldera atau padang pasir yang begitu luas bernama Pasir Berbisik. Dengan luas mencapai 5.000 hektar, Pasir Berbisik tak hanya dikenal sebagai tempat wisata semata. Pak Panjul mengatakan tempat ini dulunya pernah menjadi lokasi syuting film berjudul Pasir Berbisik yang diperankan oleh Dian Sastro. "Dulu saya ikut nganterin Dian Sastro ke sini," ujarnya.

***

Lewat pukul 8 pagi dan matahari mulai meninggi. Pak Panjul mencari lokasi parkir untuk jeep-nya. Pagi itu, kami akan meniti sejumlah anak tangga untuk menuju kawah Bromo.


Jarak dari lokasi parkir menuju anak tangga sebenarnya tidaklah dekat. Untuk itu, terdapat persewaan kuda yang disewakan oleh penduduk setempat. Namun kami memilih jalan kaki sejauh 1 km menuju ujung tangga, kemudian dilanjutkan dengan menaiki anak tangga menuju kawah Bromo.


Tak butuh waktu lama, sekitar pukul 9 pagi kami tiba di bibir kawah. Bau belerang dan suara dari dasar kawah membuat saya agak ngeri, sekaligus takjub. Dari ketinggian kawah Bromo, hamparan kaldera yang begitu luas terlihat jelas. Gunung Batok di sisi Gunung Bromo pun terlihat dekat.

Pagi itu, pemandangan di depan mata tak seperti biasanya; layar komputer berubah menjadi lukisan Tuhan.

How much does it cost?
1. Penginapan: Rp 400.000/rumah; 3 kamar + 1 kamar mandi + dapur
2. Sewa jeep (kapasitas 7 orang) : Rp 700.000
3. Sewa kuda: Rp 100.000 (pulang-pergi) atau Rp 50.000 (sekali jalan)
4. Tiket masuk Gunung Bromo: Rp 27.500

Where to stay?
Rata-rata penduduk di Desa Wonokitri selain menyewakan jasa tour guide dan jeep, mereka juga menyewakan homestay. Untuk info jeep dan homestay, silakan kontak Pak Panjul (081 379 577 441) atau Pak Sudianto (082 332 855 456).


Informasi lain bisa dibaca dalam sejumlah artikel yang pernah saya tulis untuk Tribun Travel, selengkapnya sila klik link berikut.

Comments

Popular Posts