Amsterdam dan Sepeda: Dua Hal yang Tak Bisa Dipisahkan
"Sejak dulu sampai sekarang transportasi
orang-orang naik sepeda," kata Jeroen, pria asli Amsterdam, saat bercerita
tentang sepeda di kota kelahirannya.
Awalnya saya pikir Amsterdam hanya dikenal
sebagai kota kanal. Karena memang, kanal di Amsterdam telah dikenal hingga ke
berbagai penjuru dunia. Namun saya salah, selain kanal, Amsterdam pun
disebut-sebut sebagai kota sepeda. Di kota ini, jalur khusus pengguna sepeda
telah disiapkan dengan baik.
Dulu, sepeda dianggap sebagai moda transportasi
paling terhormat di Amsterdam. Namun ketika perekonomian negara itu
mulai meningkat, banyak warga yang beralih menggunakan kendaraan bermotor.
Bahkan, karena munculnya kebiasaan menggunakan mobil dan sepeda motor, tidak
ada lagi warga Amsterdam yang menggunakan sepeda.
Namun, mobil dan sepeda motor
menyebabkan meningkatnya angka kecelakaan lalu lintas di Amsterdam. Karena
itulah, sekelompok aktivis melakukan demonstrasi terhadap warga yang
menggunakan kendaraan bermotor. Akhirnya, mereka berhasil membuat pengendara
mobil dan sepeda motor berjalan dengan kecepatan lambat.
Sejak saat itu, Amsterdam mulai membangun banyak
akses untuk bersepeda. Hingga akhirnya pada tahun 1980-an, Amsterdam mulai
dipenuhi pengendara sepeda lagi. Karenanya, Amsterdam pun kemudian dijuluki
sebagai kota sepeda.
"Kalau nyebrang jalan di Amsterdam harus lihat kiri kanan, depan belakang, atas bawah, dan masa depan," celetukan salah satu penduduk asli Amsterdam. Awalnya saya heran dengan ungkapan ini, tapi setelah mengetahui fakta di lapangan, akhirnya saya mengamini kalimat canda yang bermakna sarkas itu.
Menurut saya yang baru pertama kali ke Belanda, pengendara sepeda di Amsterdam bisa dibilang sangat ganas! Mereka bisa mengendarai sepeda dengan kecepatan sangat tinggi dan tidak akan mengalah saat ada pejalan kaki yang melintas. Saya dan beberapa rekan pun sempat hampir tertabrak pengendara sepeda.
"Kalau nyebrang jalan di Amsterdam harus lihat kiri kanan, depan belakang, atas bawah, dan masa depan," celetukan salah satu penduduk asli Amsterdam. Awalnya saya heran dengan ungkapan ini, tapi setelah mengetahui fakta di lapangan, akhirnya saya mengamini kalimat canda yang bermakna sarkas itu.
Menurut saya yang baru pertama kali ke Belanda, pengendara sepeda di Amsterdam bisa dibilang sangat ganas! Mereka bisa mengendarai sepeda dengan kecepatan sangat tinggi dan tidak akan mengalah saat ada pejalan kaki yang melintas.
"Orang Amsterdam itu baik-baik
tapi tidak saat naik sepeda," kata Jeroen sambil diikuti suara tawa. Meskipun ia mengucapkannya sambil bercanda,
tapi tentu Jeroen tahu betul jika pengendara sepeda di Amsterdam cukup
menyeramkan bagi turis asing yang baru pertama kali datang ke Belanda. Termasuk saya, hehe.
Pengendara sepeda di Amsterdam bukan cuma orang-orang dari kelas menengah ke bawah (yang notabene-nya tidak mampu membeli kendaraan
bermotor). Jangan salah, di Amsterdam, semua orang memakai sepeda, atau
setidaknya trem ataupun metro. Termasuk Gillian Tans, CEO Booking.com yang ternyata
dalam kesehariannya selalu memakai sepeda sebagai moda transportasi. Orang nomor satu di balik situs akomodasi terbesar di dunia pun menggunakan
sepeda!
Saya pun jadi berpikir, nggak heran ya, kalau di
Amsterdam cuacanya sangat bersih dan segar. Saya jadi iri dengan orang-orang di
kota ini yang bisa menikmati kenyamanan kota yang bersih, tanpa polusi, dan
pastinya tak ada kemacetan lalu lintas. Btw, saya jadi kangen sama Amsterdam
yang waktu itu lagi sejuk-sejuknya.
Ps: Kunjungan ke Amsterdam pada 22-27 Mei 2018 ini atas undangan dari situs pemesanan akomodasi Booking.com. Artikel tentang Booking.com dan trip selama berada di Amsterdam telah dimuat di tribuntravel.com.
Comments
Post a Comment